Pagi sobat syamsul :)
Setelah kemarin tidak posting, pagi hari ini syamsul akan posting tentang Pendidikan Sejak dini ala Yokomine dari Jepang. Mungkin materi kali ini lebih cocok bagi kalangan orang tua atau guru, tapi ga ada salahnya juga kan kalau kita sebagai anak muda mengetahuinya juga :) Karena kelak kita juga akan memiliki anak, jadi metode ini memang lagi tren di masyarakat jepang akhir-akhir ini, dan syamsul mendapatkan materi ini langsung dari orang yang telah merasakan sendiri pengalamannya sebagai guru di jepang ^_^
namun syamsul belum tau siapa nama orang itu, tapi akan syamsul cari tau :D
Langsung mulai ceritanya ajah ni sobat,
Ketika ia berada di Jepang, menonton TV menjadi salah satu pemicunya untuk mempelajari aneka hal terkait dengan pendidikan di Jepang. Karena tidak banyak acara sinetron, maka tontonan tidak membosankan (tidak seperti di indonesia yang prioritas utamanya sinetron -_-). Dan manfaat lainnya adalah Salah satu yang sangat berkesan, selain acara pendidikan yang rutin disiarkan di NHK, adalah booming pendidikan ala Yokomine yang disiarkan di TV Fuji pada tahun 2010-2011. Pendidikan ala Yokomine dianggap sebagai tren baru dalam pendidikan anak usia dini di Jepang. Ada sekitar 113 preschool yang telah menerapkan metode ini. Lalu, apa keunggulannya?
Yoshifumi Yokomine (58) yang mengembangkan sistem pendidikan unik ini mengatakan bahwa semua anak adalah anak berbakat. Tidak ada anak yang tidak suka belajar. Hanya banyak dari mereka yang tidak tertantang untuk belajar karena banyak faktor, misalnya orang dewasa di sekitarnya tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk mengembangkan diri sebagaimana minat dan bakatnya.
Yokomine berpendapat bahwa hingga usia 10 tahun, anak-anak harus dikembangkan secara optimal dari segi fisik, kesenangan belajar, kemampuan baca, tulis, dan kepekaan estetikanya. Oleh karena itu, dia menyarankan agar semua guru dan orang tua memperhatikan periode tsb, dan berupaya memberikan pendidikan yang terbaik kepada putra/putrinya.
Pada usia 29 tahun, Pak Yokomine membuat sebuah preschool Toriyama di Kota Shibushi di Prefektur Kagoshima, wilayah selatan Jepang. Dia menyaksikan betapa anak-anak sangat tidak bergairah di pagi hari, tatkala mereka diwajibkan untuk berdiri di lapangan menyanyikan Kimigayo(kimigayo dalam bahasa Indonesia berarti Semoga kekuasaan Yang Mulia berlanjut selamanya dan merupakan lagu kebangsaan Jepang), untuk lebih tau lagi tentang Kimigayo silahkan KLIK. Pak Yokomine berpikir ada yang salah dengan anak-anak atau sistem pendidikannya. Maka mulailah dia merancang pembaharuan dalam pendidikan di preschoolnya dengan lebih banyak menekankan pada kegiatan olahraga/gerak badan di pagi hari.
Satu keunggulan dari program yang dijalankan di sekolah Yokomine adalah gerak badan pagi atau kompetisi lari pagi sekitar 20 menit di halaman sekolah sebelum masuk ke kelas untuk belajar dengan tenang. Kegiatan rutin preschool Pak Yokomine secara ringkas adalah sbb :
08.15 Pemanasan
berupa gerak badan atau lomba lari di halaman sekolah
09.00 Belajar di kelas,
siswa mengerjakan tugas-tugas calistung di dalam Buku LKS. Selama kurang lebih 20 menit menulis, 20 menit membaca, dan 20 menit berhitung. Tugas-tugas atau halaman LKS yang dikerjakan tidak seragam dalam satu kelas, tetapi sesuai dengan kecepatan dan kemampuan siswa. Mereka terlihat dalam tayangan TV tsb mengerjakan tugas-tugas dalam keadaan serius, tenang, dan tidak ada yang berlarian. Aturan dalam pengerjaan tugas-tugas tsb dipahami oleh anak, sehingga tidak ada anak yang melompat mengerjakan tugas berikutnya jika tugas sebelumnya belum dia kuasai.
10.00 Kegiatan Senam.
11.00 Kelas Musik.
Anak-anak bermain alat musik apa saja. Pada tayangan tsb ditampilkan anak bermain pianika dan memainkan sebuah lagu tanpa melihat not. Guru menyetelkan DVD tentang sebuah lagu, dan anak memainkan pianikanya secara spontan. Sampai lulus mereka belajar kurang lebih 80 lagu tanpa melihat not balok. Dalam salah satu metode belajar musik, anak-anak ditutup matanya, dan diperdengarkan musik lagu tertentu. Setelah itu mereka mulai memainkan pianika tanpa membuka tutup mata.
12.00 Makan siang.
Karena telah beraktivitas sangat berat, maka umumnya anak-anak makan dengan lahap. Mereka makan dalam keadaan tenang, tidak berbicara.
Jam bebas.
Setelah makan siang, mereka bebas menggunakan waktunya sambil menunggu jam pulang sekolah.
Kesannya kegiatan di Toriyama sangat sederhana, tetapi jangan kaget bahwa siswa-siswa mereka telah memenangkan kompetisi lari se-Jepang pada jenjang sebayanya. Ketika tamat, mereka telah menyelesaikan 1500 buku bacaan, dan lancar berhitung, setelah menulis huruf hiragana. Artinya, apa yang diajarkan di sini telah jauh melampaui praktek pendidikan di kebanyakan preschool di Jepang, yang hampir tidak mengajarkan tulis-menulis dan membaca. Kegiatan calistung baru diperdalam di SD.
Pak Yokomine selalu mengatakan bahwa semua anak berbakat, dan ada empat knop yang harus ditekan untuk memunculkan bakat-bakat tsb secara alami. Dia juga menekankan bahwa perkembangan anak harus dibuat sealami dan semenyenangkan mungkin. Belajar harus dirancang agar menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dikerjakan. Empat knop tsb adalah :
1) Knop Kompetisi.
Anak-anak pada dasarnya memiliki jiwa kompetisi, dan senang ikut dalam perlombaan. Dengan berkompetisi, anak-anak mengembangkan kemampuannya dengan berlatih lebih keras agar dapat menang. Di Toriyama, lomba lari dilakukan dengan melombakan anak-anak dari usia 3 th, 4 th, dan 5 th secara bersamaan. Dengan cara ini, anak-anak yang berusia muda akan bergiat karena ingin mengalahkan anak-anak usia di atasnya, dan sebaliknya anak-anak usia tua akan bergiat karena tidak mau dikalahkan oleh yuniornya. Kompetisi di manapun selalu ada yang menang dan yang kalah. Yang kalah biasanya menangis, dan pemandangan seperti ini sering sekali terlihat di kalangan muda Jepang. Tetapi, sekalipun mereka menangis, anak-anak itu tetap berlatih untuk menjadi lebih baik.
2. Knop Peniruan.
Untuk pembelajaran musik, knop ini yang diaktifkan. Anak-anak pada dasarnya memiliki kemampuan alami untuk meniru. Mereka masih belum mengembangkan syaraf berpikirnya dengan baik, tetapi mereka sangat cepat meniru. Saya sering mengamati tingkah laku anak teman saya yang berusia tiga tahun yang menghafal teriakan penjual nasi goreng dengan hanya 2-3 kali mendengar. Anak-anak di Preschool Toriyama belajar musik diawali dengan membiasakan telinga mereka mendengarkan musik dari DVD. Kemudian mereka berlatih mendengarkan not dengan menekan keyboard pianika. Mereka merekam dengan baik suara-suara yang dimunculkan setiap nada, melalui latihan mendengar yang terus-menerus. Hingga akhirnya, mereka belajar menghafal not lagu, melalui kebiasaan meniru musik yang diperdengarkan.
3. Knop Tantangan
Anak-anak sungguh memiliki misteri tentang kemampuan belajarnya. Mereka mempelajari sesuatu yang sulit dari hal-hal yang sederhana. Namun, banyak guru yang tidak menyadari ini dan ketika mengajari anak menulis huruf, selalu berurutan dengan pola A-Z. Di Toriyama tidak demikian. Dalam usia belia, anak-anak belajar huruf katakana, kemudian hiragana. Prinsip mendahulukan katakana daripada hiragana sebenarnya lazim diterapkan di semua sekolah dasar Jepang sejak jaman dulu. Katakana memiliki huruf-huruf yang tersusun dari rangkaian garis dan sedikit lengkungan. Sementara, hiragana terdiri dari huruf-huruf yang dibuat melalui garis dan lengkungan yang rumit. Oleh karena itu, di Toriyama, anak-anak belajar menulis dari huruf yang berupa garis mendatar, kemudian garis tegak, hingga terakhir huruf yang paling sulit karena membutuhkan lengkungan. Dalam sebuah penelitian menggambar yang pernah saya lakukan di Nagoya, anak-anak pada usia dua tahun yang baru dapat memegang pensil, biasanya mereka hanya akan mencoretkan garis lurus yang tegas, atau beranjak usianya, dia akan melukis bulatan-bulatan yang berpola sama, karena dia menggerakkan tangannya di tempat yang sama. Bulatan-bulatan tsb belum bertemu ujungnya. Dengan bertambahnya usia, dia akan mulai membuat bulatan mencong, tapi sudah bertemu ujungnya, dan mulai menggambarkan mata, hidung, dan mulut pada bulatan yang dibuatnya. Dengan memahami ini, maka pembelajaran menulis di usia dini perlu dikembangkan dengan melatihkan huruf-huruf yang mudah sebelum masuk ke huruf-huruf yang susah.
4. Knop Penilaian/ Tes
Anak-anak senang membandingkan kemampuan/prestasi dirinya dibandingkan dengan teman-temannya. Ketika selesai ulangan, mereka akan terdorong menanyakan kepada temannya, berapa nilainya. Ini dilakukan semata untuk memposisikan dirinya dibandingkan dengan teman-temannya. Kalau dia menyadari, posisinya ada di bawah temannya, maka dia akan bergiat untuk menjadi lebih baik. Kalau dia tahu, posisinya ada di atas temannya, maka dia akan berusaha mempertahankannya. Knop penilaian dipakai di Toriyama untuk mengecek sejauh mana perkembangan membaca siswa. Siswa-siswa yang telah membaca buku akan mencatatkan buku yang dibacanya kepada gurunya yang akan menuliskannya di sebuah buku catatan, dan guru akan bertanya tentang apa isi bacaan tersebut. Guru sangat terbuka membuka buku catatan tsb dan menunjukkannya kepada anak-anak agar mereka dapat melihat si A sudah membaca 100 buku, si B 150 buku, yang akhirnya akan menantangnya untuk menjadi nomor satu.
Mungkin segitu ajah cara bagaimana cara mendidik anak dari sejak dini ala orang jepang, namun bagaimanapun juga, ini harus di analisa lagi untuk perkembangan pendidikan di Indonesia, karena apabila di Indonesia diterapkan metode ini sejak lama, mungkin sekarang tidak banyak anak-anak yang sudah merokok, dan lebih dalamnya lagi, mereka semua bisa saja menjadi penerus bangsa yang sehat dan pintar untuk memajukan SDM Indonesia kedepannya.
Syamsul juga berharap agar motode ini di lihat oleh mentri pendidikan dan dijadikan suatu kebiasaan.
AMIIIINNNN ^_^
Oiya syamsul lupa, apabila ingin melihat gambaran tentang pendidikan ala Yokomine dapat disaksikan di Youtube dengan menuliskan kata kunci
ヨコミネ教育式.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar